REINFORCEMENT NEGATIF CIPTAKAN PESERTA DIDIK MINDER
Oleh
Supriyono, S.Pd
Guru
IPA SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan
Keberhasilan
proses belajar mengajar (pembelajaran) IPA salah satunya berupa terjadi
interaksi yang aktif dan kondusif antara guru dengan peserta didik. Interaksi
yang aktif ditandai dengan beraninya peserta didik menjawab pertanyaan yang
diberikan guru dengan jawaban lisan, tulisan, maupun perbuatan dan beraninya
peserta didik bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum dipahami selama
proses pembelajaran. Keberanian peserta didik bertanya kepada guru mengenai
hal-hal yang belum dipahami selama proses pembelajaran, berarti guru memiliki
kesempatan untuk menjawab, menjelaskan atau memberikan pemahaman dengan cara
yang lain sehingga peserta didik menjadi lebih jelas dan faham.Kesulitan
seorang guru mengajak atau membuat peserta didik mau menjawab pertanyaan yang
diberikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung sering kita jumpai dalam
pembelajaran. Guru merasa pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik dapat
dijawab, tetapi mengapa peserta didik enggan bahkan tidak mau menjawab/cenderung
kompak diam. Kalau seorang guru berhasil memaksa peserta didik menjawab
pertanyaan, itupun biasanya jawaban diawali dengan kalimat tanya:salah nggak
apa-apa ya pak? atau nanti kalau salah bagaimana pak?.Kekawatiran dan atau
ketakutan seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru pastilah ada
penyebabnya. Salah satu penyebabnya adalah pengalaman peserta didik secara langsung
atau hasil pengamatan terhadap temannya di waktu yang telah lampau berkaitan
dengan reinforcement (penguatan).
Penguatan
yang diperoleh peserta didik bisa berasal dari guru, teman satu kelas, orang
tua, atau lingkungan. Penguatan dapat bersifat positif dan negatif. Penguatan
positif adalah suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku
tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi, sedangkan penguatan
negatif sebaliknya yaitu suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu
perilaku tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut tidak akan diulangi lagi.
Reinforcement
positif memiliki kecenderungan pemberianreward (hadiah) sedangkan penguatan
negatif memiliki kecenderunganpemberian punishment
(hukuman). Reward dapat berupa
pujian, senyuman disertai anggukan kepala, ucapan (misal: ya bagus!, tepat
sekali!, ya sempurna!, pertanyaan bagus ini!, maaf coba lagi ya!), acungan ibu
jari ke atas, applause(tepuk tangan
meriah), bahkan dapat berupa pemberian stiker bintang, makanan, minuman, atau
uang. Punishment dapat berupa mimik
wajah kecewa disertai kerutan dahi, ucapan dengan nada tinggi (misal: salah,
bodoh, goblok), acungan ibu jari ke bawah, sorakan huuuu, bahkan dapat berupa
tindakancubit, jewer, pukul, tendang, dan denda.Pernahkan guru, teman sekelas,
bahkan orang tua di rumah melakukan reinforcement
negatif? Seberapa sering reinforcement positif diberikan pada peserta didik?
Pemberian
reinforcement positif oleh guru,
teman sekelas dan orang tua ketika di rumah menciptakan peserta didik menjadi
semakin percaya diri untuk selalu menjawab pertanyaan guru, menyampaikan
pendapat, gagasan dan ide ide kreatif, bahkan berani bertanya kepada guru
tentang hal-hal yang belum di pahaminya sedangkan pemberian reinforcement
negatif oleh guru, teman sekelas, dan orang tua ketika di rumah, menciptakan
peserta didik menjadi minder(tidak
percaya diri).
Dengan demikian model reinforcement bisa menjadi alternatif pembelajaran yang menyenangkan. Guru juga lebih memiliki kesempatan luas untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menarik. Siswa akan terangsang lebih aktif dalam menguasai materi dari guru. Pola ini perlu ditindaklajuti oleh guru lain guna menciptakan pembelajaran yang variatif dan menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar