Minggu, 12 September 2021
Rabu, 01 September 2021
Video Pembelajaran Guru Tingkatkan Motivasi Belajar IPA
Video
Pembelajaran Guru Tingkatkan Motivasi Belajar IPA
Oleh
Supriyono, S.Pd
Guru
IPA SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan
Menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat
15 Pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah
dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui
teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Hasil belajar IPA peserta
didik kelas 9 SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan pada masa pandemi
covid-19 dengan PJJ daring/online dipengaruhi oleh semangat belajar peserta
didik untuk belajar IPA secara mandiri. Sebagian peserta didik SMP, khususnya
SMP Negeri 1 Wirosari belajar dengan antusias/semangat dikarenakan oleh faktor
ekstrinsik yaitu figur guru. Guru yang memiliki penampilan menarik secara
fisik, cara penyampaian materi dengan media pembelajaran yang kreatif, bahkan suara khas guru dapat memotivasi
peserta didik untuk selalu belajar pelajaran yang diajarkan. Menurut Miarso (2004) berpendapat bahwa “Media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar”. Pemanfaatan media pembelajaran khususnya
video pembelajaran di chanel-chanel youtube pada awal masa pandemi dirasa guru
peserta didik sudah menarik dan sangat membantu, namun pada pembelajaran tahun
pelajaran 2021/2022 video tersebut sudah
dianggap kurang menarik lagi dikarenakan video pembelajaran yang ada terbatas
dan bukan milik guru yang bersangkutan.
Kreativitas atau kemampuan untuk
mencipta oleh guru IPA dalam menyampaikan materi pembelajaran di masa pandemi
dengan PPKM beberapa level sangat diperlukan agar peserta didik tidak jenuh
atau bosan dan malas. Kemampuan tersebut dapat diwujudkan guru dengan pembuatan
beberapa video pembelajaran secara mandiri. Video pembelajaran dibuat oleh guru
dengan beberapa variasi dan menggunakan beberapa aplikasi. Aplikasi yang
digunakan yaitu Wondershare Filmora X untuk mengedit video dengan mudah dan
sederhana, Bandicam untuk membuat video dengan merekam guru dan layar monitor
laptop/komputer secara bersamaan, dan Powtoon untuk membuat video animasi
kartun. Video pembelajaran juga dibuat oleh guru dari hasil recording/rekaman
google meet. Tugas peserta didik yang berupa video sudah diserahkan, dinilai
dan diberi ulasan oleh guru pada tahun pelajaran sebelumnya juga dimanfaatkan
untuk video pembelajaran. Video pembelajaran yang sudah dibuat kemudian diupload/diunggah
di chanel youtube guru. Link youtube video pembelajaran selanjutnya dibagikan/dishare
di classroom atau WhatsApp Group (WAG) kelas. Karena guru sudah memberi dan
menjadi contoh dalam pembuatan video pembelajaran dengan konsep ing ngarso sung
tuladho Ki Hadjar Dewantara, maka guru dapat meminta peserta didik untuk
mendokumentasikan proses pengerjaan soal ulangan harian maupun tugas praktik
dalam bentuk video juga. Agar
video yang dihasilkan peserta didik mudah, benar-benar hasil buatannya/jujur
maka guru IPA sebaiknya meminta peserta didik menjadi aktor/aktris amatir dan bekerja
sama dengan orang tua atau saudaranya dalam pengambilan gambar dan suara. Mengapa
harus dibantu orang tua atau saudara, karena pembelajarannya masih PJJ dimana
pelaksanaannya di rumah masing-masing peserta didik. Keterlibatan peserta didik
dalam pembuatan video pembelajaran juga merupakan penerapan konsep merdeka
belajar, dimana guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.
Dengan
demikian video pembelajaran milik guru dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik terbukti dengan kiriman peserta didik berkaitan dengan aktifitas
siswa baik proses pengerjaan soal ulangan harian maupun tugas praktik dalam
bentuk video, link video drive untuk video dengan ukuran besar. Kemampuan
peserta didik untuk meniru, merancang membuat video, memperbaiki, dan
meyempurnakan konten dan tampilan video yang telah dibuat merupakan kompetensi
ketrampilan yang menyenangkan membanggakan bagi guru, peserta didik, orang
tua/wali peserta didik. Guru dan peserta didik juga lebih memiliki kesempatan
luas untuk menciptakan kecakapan hidup (life
skill) karena prosesnya dapat dilakukan di rumah (PJJ) dan video tersebut diunggah/dimasukkan
dalam chanel youtube yang apabila guru dan peserta didik mau mengembangkan
dapat menjadi youtuber yang bernilai rupiah. Peserta didik akan terangsang
lebih aktif dalam menguasai materi IPA dari guru agar video yang dibuat benar
kontennya menarik penampilannya sehingga jika diuploud/diunggah di chanel
youtube banyak jam tayang, like dan subscribe. Pola ini perlu ditindaklajuti
oleh guru pelajaran lain agar menjadi contoh dalam membuat video pembelajaran agar
terbiasa, terlatih sehingga peserta didik mampu belajar mandiri meniru,
merancang, membuat, memperbaiki/mengedit, dan menyempurnakan karya videonya
sendiri menjadi semakin menarik.
REINFORCEMENT NEGATIF CIPTAKAN PESERTA DIDIK MINDER
REINFORCEMENT NEGATIF CIPTAKAN PESERTA DIDIK MINDER
Oleh
Supriyono, S.Pd
Guru
IPA SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan
Keberhasilan
proses belajar mengajar (pembelajaran) IPA salah satunya berupa terjadi
interaksi yang aktif dan kondusif antara guru dengan peserta didik. Interaksi
yang aktif ditandai dengan beraninya peserta didik menjawab pertanyaan yang
diberikan guru dengan jawaban lisan, tulisan, maupun perbuatan dan beraninya
peserta didik bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum dipahami selama
proses pembelajaran. Keberanian peserta didik bertanya kepada guru mengenai
hal-hal yang belum dipahami selama proses pembelajaran, berarti guru memiliki
kesempatan untuk menjawab, menjelaskan atau memberikan pemahaman dengan cara
yang lain sehingga peserta didik menjadi lebih jelas dan faham.Kesulitan
seorang guru mengajak atau membuat peserta didik mau menjawab pertanyaan yang
diberikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung sering kita jumpai dalam
pembelajaran. Guru merasa pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik dapat
dijawab, tetapi mengapa peserta didik enggan bahkan tidak mau menjawab/cenderung
kompak diam. Kalau seorang guru berhasil memaksa peserta didik menjawab
pertanyaan, itupun biasanya jawaban diawali dengan kalimat tanya:salah nggak
apa-apa ya pak? atau nanti kalau salah bagaimana pak?.Kekawatiran dan atau
ketakutan seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru pastilah ada
penyebabnya. Salah satu penyebabnya adalah pengalaman peserta didik secara langsung
atau hasil pengamatan terhadap temannya di waktu yang telah lampau berkaitan
dengan reinforcement (penguatan).
Penguatan
yang diperoleh peserta didik bisa berasal dari guru, teman satu kelas, orang
tua, atau lingkungan. Penguatan dapat bersifat positif dan negatif. Penguatan
positif adalah suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku
tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi, sedangkan penguatan
negatif sebaliknya yaitu suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu
perilaku tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut tidak akan diulangi lagi.
Reinforcement
positif memiliki kecenderungan pemberianreward (hadiah) sedangkan penguatan
negatif memiliki kecenderunganpemberian punishment
(hukuman). Reward dapat berupa
pujian, senyuman disertai anggukan kepala, ucapan (misal: ya bagus!, tepat
sekali!, ya sempurna!, pertanyaan bagus ini!, maaf coba lagi ya!), acungan ibu
jari ke atas, applause(tepuk tangan
meriah), bahkan dapat berupa pemberian stiker bintang, makanan, minuman, atau
uang. Punishment dapat berupa mimik
wajah kecewa disertai kerutan dahi, ucapan dengan nada tinggi (misal: salah,
bodoh, goblok), acungan ibu jari ke bawah, sorakan huuuu, bahkan dapat berupa
tindakancubit, jewer, pukul, tendang, dan denda.Pernahkan guru, teman sekelas,
bahkan orang tua di rumah melakukan reinforcement
negatif? Seberapa sering reinforcement positif diberikan pada peserta didik?
Pemberian
reinforcement positif oleh guru,
teman sekelas dan orang tua ketika di rumah menciptakan peserta didik menjadi
semakin percaya diri untuk selalu menjawab pertanyaan guru, menyampaikan
pendapat, gagasan dan ide ide kreatif, bahkan berani bertanya kepada guru
tentang hal-hal yang belum di pahaminya sedangkan pemberian reinforcement
negatif oleh guru, teman sekelas, dan orang tua ketika di rumah, menciptakan
peserta didik menjadi minder(tidak
percaya diri).
Dengan demikian model reinforcement bisa menjadi alternatif pembelajaran yang menyenangkan. Guru juga lebih memiliki kesempatan luas untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menarik. Siswa akan terangsang lebih aktif dalam menguasai materi dari guru. Pola ini perlu ditindaklajuti oleh guru lain guna menciptakan pembelajaran yang variatif dan menarik.